Jakarta — Sebuah ponsel yang diselundupkan keluar dari Korea Utara (Korut) mengungkap sisi pengawasan ekstrem rezim Kim Jong Un terhadap warganya melalui smartphone. Temuan ini menunjukkan bagaimana perangkat yang tampak “biasa” sejatinya menjadi alat kontrol ideologis dan diarahkan untuk memata-matai pengguna secara konstan. Berikut rincian lengkap dari hasil investigasi.
Penampilan Fisik & Sistem Operasi
-
Ponsel tersebut tampak seperti smartphone modern: layar melengkung, bodi yang rapi, dan punch-hole kamera di layar — menyerupai ponsel Android masa kini. Tekno Kompas+2www.ndtv.com+2
-
Namun, di balik tampilan itu, sistem operasinya merupakan versi Android yang sudah dimodifikasi secara mendalam untuk memenuhi kepentingan negara, bukan untuk pengalaman pengguna bebas. www.ndtv.com+1
-
Alih-alih akses internet global, ponsel ini hanya bisa tersambung ke intranet lokal bernama Kwangmyong, yang isinya sudah dibatasi dan disetujui oleh otoritas Korut. www.ndtv.com
Pengawasan dari Dalam: Screenshot Setiap 5 Menit
-
Salah satu fitur paling menakutkan: ponsel secara otomatis mengambil screenshot (tangkapan layar) setiap lima menit. Tekno Kompas+1
-
Screenshot ini disimpan di folder tersembunyi yang tidak bisa diakses pengguna, tetapi kabarnya bisa dilihat oleh aparat Korut. Kompas+2TechJuice+2
-
Dengan metode ini, pemerintah dapat memantau aplikasi apa yang digunakan, pesan yang diketik, dan konten apa yang dikonsumsi oleh pemilik ponsel. The Economic Times+2GIGAZINE+2
Sensor Kata-Kata & Koreksi Otomatis
-
Kata seperti “Oppa” — sapaan populer di Korea Selatan — dilarang secara otomatis. Jika pengguna mengetik “oppa”, ponsel akan menggantinya menjadi “Comrade” (“Kawan”) dan menampilkan peringatan bahwa kata itu hanya boleh digunakan untuk saudara kandung. Kompas
-
Selain itu, ketika pengguna mengetik “Korea Selatan”, ponsel langsung mengoreksinya menjadi “Puppet State” (“Negara boneka”), istilah propaganda resmi Korut untuk menggambarkan Korea Selatan. www.ndtv.com+1
-
Sistem sensor ini bukanlah sekadar autokoreksi – ia bagian dari kontrol ideologis agar warganya hanya menggunakan narasi yang disetujui rezim. The Economic Times
Upaya Mengakali dan Resiko Jailbreak
-
Bea-betul, beberapa pembelot dan “jailbreaker” di Korut mengaku bisa “membuka” ponsel ini, melepaskan sertifikat keamanan negara, dan menghapus screenshot pengawasan yang disimpan di dalam. WIRED
-
Meski demikian, tindakan seperti itu sangat berisiko. Modifikasi ponsel dianggap sebagai pelanggaran berat, bahkan bisa dihadapkan dengan konsekuensi hukum serius jika ketahuan. The Economic Times
Fungsi Screenshot vs Fungsi Screenshot Resmi
-
Menurut laporan Daily NK, model ponsel tertentu (misalnya “Samtaesong 8”) punya fitur screenshot resmi: pengguna bisa menggunakan gestur geser tiga jari ke bawah untuk menangkap layar. DailyNK
-
Namun, ada pengecualian besar: ketika berada dalam aplikasi terkait kepemimpinan Korut, seperti “Collected Works” (berisi tulisan pemimpin negara), screenshot tidak berfungsi sama sekali. DailyNK
-
Itu menunjukkan bahwa sistem pengawasan dan sensor dibangun sangat kompleks: bukan hanya pemantauan pasif, tapi juga pembatasan aktif di konten sensitif.
Kesimpulan
HP di Korea Utara jauh dari sekadar alat komunikasi — ia adalah instrumen pengawasan negara. Dengan fitur screenshot otomatis, sensor kata, dan akses terbatas ke internet luar, ponsel ini menjadi bagian dari kontrol ideologis yang sangat ketat. Temuan ini memberi gambaran nyata betapa dalam pengawasan Kim Jong Un terhadap kehidupan digital warganya.