Gempa berkekuatan magnitudo 6,5 (atau 6,6 menurut BMKG) mengguncang Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah, pada Jumat pagi, 19 September 2025 sekitar pukul 03.19 WIB. cnnindonesia.com+2cnnindonesia.com+2 Gempa ini memicu kerusakan signifikan di jalur telekomunikasi utama, seperti Kabel Nabire–Rasiei dan jalur darat Timika–Tigi, sehingga layanan operator besar mengalami pemutusan. tempo.co+1
Gangguan Telekomunikasi yang Hebat
Setelah gempa, pengguna jaringan seluler Telkomsel di Nabire melaporkan bahwa layanan berhenti tiba-tiba : jaringan 4G, panggilan telepon dan SMS tidak bisa digunakan. IDN Times Sulsel+1 Layanan internet dan telepon tetap mati selama kurang lebih 12 jam, sebelum pemulihan sebagian dilaporkan pada siang harinya. rri.co.id+1 Operator kabel internet rumah seperti IndiHome juga ikut lumpuh total karena jalur bawah tanah dan tiang fiber mengalami kerusakan akibat getaran dan longsor di beberapa titik. cnnindonesia.com+1
Dampak Terhadap Warga dan Respon Cepat
Warga di Nabire mengalami kesulitan luar biasa untuk menghubungi keluarga dan mendapatkan informasi darurat karena jaringan komunikasi padam. Salah seorang warga, Yusran, menyatakan bahwa ia terpaksa mencari WiFi di rumah orang lain untuk melapor kondisi terkini. IDN Times Sulsel Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut reposisi dan perbaikan jaringan sebagai prioritas dan menyiapkan tim untuk menangani kerusakan infrastruktur telekomunikasi. detiknews
Tantangan dan Pemulihan ke Depan
Kerusakan jalur kabel di wilayah geografis Papua yang rawan sulit akses membuat proses pemulihan memerlukan waktu lebih lama. Operator telekomunikasi melaporkan bahwa beberapa tiang fiber terbelah dan batu longsor menutup jalur akses ke titik kerusakan. tempo.co+1 Pihak operator menyampaikan bahwa meskipun layanan sudah mulai pulih sebagian, pemulihan penuh jaringan dikalkulasi tetap memakan waktu hingga beberapa hari.
Setelah layanan komunikasi di Nabire lumpuh total, Telkomsel dan Telkom Indonesia langsung menyiapkan rencana jangka panjang untuk mencegah kejadian serupa. Kedua perusahaan mulai merancang sistem redundansi jaringan melalui rute alternatif dari Manokwari dan Biak agar lalu lintas data tetap aktif ketika jalur utama rusak.
Tim teknis juga membangun stasiun base transceiver portabel (mobile BTS) di sejumlah titik terdampak agar komunikasi darurat bisa berfungsi tanpa menunggu pemulihan kabel fiber. Pemerintah daerah mendukung langkah ini dengan menyediakan lokasi strategis dan akses bahan bakar untuk generator darurat.
BNPB bekerja sama dengan Kominfo merancang protokol komunikasi bencana berbasis satelit yang akan menjadi sistem cadangan nasional untuk wilayah rawan gempa di Indonesia timur. Sistem ini akan memanfaatkan satelit multifungsi Satria-1 yang baru diluncurkan, demi memastikan akses komunikasi tetap tersedia bagi tim penyelamat dan masyarakat.
Ahli geologi dari LIPI menilai bahwa wilayah Nabire harus mendapat pemetaan ulang zona rawan gempa, terutama untuk infrastruktur vital seperti kabel komunikasi, gardu listrik, dan rumah sakit. Evaluasi ini penting agar setiap perbaikan jaringan telekomunikasi disesuaikan dengan kondisi geologis yang aman.
Sementara itu, sejumlah lembaga sosial membuka pusat komunikasi darurat berbasis radio analog di Nabire dan Dogiyai, agar masyarakat tetap bisa melaporkan kebutuhan medis dan logistik ketika sinyal digital terputus. Langkah ini memperlihatkan pentingnya ketahanan komunikasi darurat di daerah terpencil yang rawan bencana.
Kesimpulan
Gempa magnitudo 6,5/6,6 di Nabire membuat layanan Telkomsel dan IndiHome lumpuh total selama belasan jam karena kerusakan jaringan kabel utama. Gangguan tersebut memperburuk situasi darurat untuk warga yang terdampak dan menegaskan pentingnya kesiapan infrastruktur komunikasi dalam bencana alam.